Lawas Sambut Tamu; Lawas:Sahabat Rantau; Lawas: Khayalan Bujangan; Lawas: Kecewa Karna Cinta; Lawas:Nasehat Perantau Pada Anaknya; Pantun Samawa; Lawas:Dedara Carenget (Gadis Cemberut) Lawas: Rintihan Wanita; Lawas: Hari Jum'at; Lawas: Buah Hati; Lawas: Malam Minggu Kelabu; Lawas: Kemang Ka Tampo Leng Umak; Lawas: Cita-Cita Perantau; Lawas: Kemesraan Suami & Istri; Lawas: Dedara Breng ( Perawan Tua)
LawasTau Loka, lawas yang isinya tentang nasehat atau pesan bersifat dedaktis yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya atau kepada yang lebih muda. Lawas ini biasanya berisikan ajaran moral, agama dan lawas ini sering dipakai untuk menasehati pasangan pengantin. Pati pelajar we ate (Patuhi ajaran wahai sukma)
Penelitianini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan dalam sastra lisan lawas (puisi rakyat) masyarakat Sumbawa. Lawas telah menjadi bagian dari tonggak kehidupan masyarakat
vTujuan penciptaan lawas adalah untuk memberikan pandangan/cerminan kepada masyarakat Samawa, bahwa dalam lawas terdapat nilai (nasehat), pandangan hidup, kepercayaan, cara berfikir, dan nilai budaya (etnis Samawa) yang patut diteladani oleh masyarakatnya, baik dalam hubungannya dimasa lalu, masa sekarang, maupun untuk masa yang akan datang.
TRIBUNLOMBOKCOM, SUMBAWA - Lawas adalah puisi khas Sumbawa yang kerap dilontarkan dalam berbagai aktivitas kehidupan. Secara bentuk kepenulisan, lawas disusun dalam 3, 4 sampai 6 bait. Berikut ini
9td3YQ. A. Hakekat Sastra Lisan Samawa lawas Kata lawas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya luas, melawas luas, lapang, lega .[1]Jika dikaitkan dengan ber-lawas dalam masyarakat Samawa balawas yang menunjukkan tentang kegiatan menyampaikan lawas yang terkait dengan suasana hati yang lapang dan lega. Dengan ungkapan lain, lawas adalah the human creation that created and expressed by languange ; by writing or oral that risen the happiness and sadness in the human seul ciptaan manusia yang dilahirkan dan dinyatakan dengan bahasa, baik lisan maupun tulisan yang menimbulkan rasa keindahan dan keharuan dalam lubuk jiwa manusia.[2] Menurut Sumarsono dkk. dalam Kamus Sumbawa-Indonesia terbitan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, lawas adalah sejenis puisi tradisional khas Sumbawa, umumnya terdiri dari tiga baris, biasa dilisankan pada upacara-upacara tertentu.[3] Budayawan Sumbawa Dinullah Rayes menjelaskan bahwa, lawas pada mulanya berinduk pada bahasa Sumbawa yang tidak bisa dideteksi kapan mulai tumbuh/hadir ditengah masyarakat. Namun, kehadirannya dalam kehidupan masyarakat Samawa, berawal sebagai alat ekspresi batin manusia yang diliputi oleh rasa haru, sendu gunda-gulana, mungkin disebabkan oleh musiba atau datangnya marabahaya yang mengancam hidupnya, maka untuk menanggulangi/menghibur dicurahkan perasaannya dalam bentuk kata-kata. Ucapan-ucapan itu tampak menjadi sebuah kekuatan dalam upacara untuk mengusir unsur-unsur yang menimbulkan rasa marabahaya.[4] Tukang pembuat lawas, H. Maswarang mengatakan bahwa, lawas adalah syair-syair yang ditembangkan sebagai bentuk pengungkapan perasaan hati dalam bentuk cinta, sedih, kritik, nasehat, dan sebagainya.[5] Mustakim Biawan mengatakan bahwa, lawas disampaikan secara lisan, sehingga menjadi begitu akrab dengan masyarakat, karena sudah menjadi bagian dari mereka mengekspresikan isi hatinya, apalagi disampaikan dengan cara melagukan.[6] v Lawas tidak memiliki pola tertentu apakah bersajak a-a-a, aa-b,a-bb. v Lawas Samawa difungsikan untuk mengekspresikan batin manusia yang diliputi oleh rasa haru, sendu gunda-gulana, mungkin disebabkan oleh musiba atau datangnya marabahaya yang mengancam hidupnya, maka untuk menanggulangi/menghibur dicurahkan perasaannya dalam bentuk kata-kata. Ucapan-ucapan itu tampak menjadi sebuah kekuatan dalam upacara untuk mengusir unsur-unsur yang menimbulkan rasa marabahaya.[7] Lawas juga difungsikan untuk mengungkapan perasaan hati yang artistik dalam bentuk cinta, sedih, kritik, nasehat, dan sebagainya.[8] lawas berperan sebagai alat perekam peristiwa, juga merupakan media komunikasi dengan manusia lainnya. v Tujuan penciptaan lawas adalah untuk memberikan pandangan/cerminan kepada masyarakat Samawa, bahwa dalam lawas terdapat nilai nasehat, pandangan hidup, kepercayaan, cara berfikir, dan nilai budaya etnis Samawa yang patut diteladani oleh masyarakatnya, baik dalam hubungannya dimasa lalu, masa sekarang, maupun untuk masa yang akan datang. B. Jenis Lawas Samawa Karya sastra tau Samawa seperti balawas, pada hakekatnya adalah puisi yang dilagukan. Lawas itu lahir dengan berbagai cara, ada yang dilagukan sendiri, ada pula secara bepasangan atau bermain-main dalam suatu kempulan. Bila diiringi “rebana kebo” rebana besar dengan memakai “ulan” melodi anosiyep sebelah matahari terbit dinamakan sakeco. Bila diiringi “rebana ode” rebana kecil dengan “ulan Taliwang” dinamakan langko. Bila diiringi seruling sarune dinamakan bagandang. Jika ditambahkan dengan koor “gero” disebut saketa.[9] Ada bermacam-macam lawas berdasarkan kelompok umur a. Sastra lisan lawas anak-anak tau ode yang mengedepankan dunia anak-anak yang penuh kegembiraan. Contoh Ma tunung andi ma tunung Meleng tunung kubeang me Jangan jadi kembo kopang Mari tidur adik marilah tidur Bangun tidur kuberi nasi Lauk dari susu kerbau yang panas b. Sastra lisan lawas muda-mudi taruna-dadara Berkisar sekitar perkenalan, percintaan, berkasih-kasihan, perpisahan, beriba hati. Lawas ini, biasanya dilantunkan saat bertemu jejaka dan gadis ketika menanam padi, saat memotong padi di sawah, dikala menonton keramaian kerapan kerbau, dan dalam permainan barempuk bertinju. Di sinilah terjadi pertautan batin, memendamkan perasaan, maka terjadilah kelumrahan, seperti tercermin pada lawas di bawah ini Ajan sumpama kulalo Kutarepa bale andi Beleng ke rua e nanta seandainya aku bertandang Mampir di rumah adinda Adakah gerangan belas kasihan Malalo kau e suratBawa salam doa kakuBada ling ada rasate pergilah suratku Bawa salam dan doaku Sampaikan bahwa aku mencintainya Rasate kaku andi eKu potret kau kuni poYa timal nonda ku gita keinginanku wahai adinda Seharusnya aku memotretmu Sebagai pengganti dikala aku tidak melihatmu Ajan mu gita rua ateLit rea ada si sisiKo kau no kuto sanga seandainya kamu mengetahui isi hatiku Lautan yang luas pasti bertepi Tetapi perasaanku padamu, tiada bertepi Tingi mara palaning reNongka ku ngasan baruakKu roa rari ku kawa tinggi seperti batang ilalang Aku tidak merasa letih mendaki Ku mau karena kuyakin Petang sarawi kuipiSipu ku kamata ruaBato mo batepang dating Datang kusangangkang ruaKutulang kemas katawaAndi no bosan ku tulang ku datang menghadapkan wajah Dirimu, kau tersenyum ceria Adinda tidak bosan kutatap Bua no bosan ku tulangManang mara ka tu pasukTokal mara ka tu antinKu tulang bungkun angkang si Bua ku tokal barangkangKu buya rua ling ateAda ke nasib ya kompal c. Sastra lisan lawas orang tua tau loka berintikan pendidikan islam nasihat agama dan tasawuf falsafi. Dalam hal ini menyelami lubuk hati orang tua yang bersifat didaktis berisi pelajaran dan sebagian lagi berintikan ajaran agama islam. Hal ini, dikarenakan orang tua pada umumnya memang lebih senang dengan syair yang bernuansa nilai keagamaan, seperti mengingatkan kewajiban beribadah, menyebut kematian, mengagungkan Allah, dsbnya. Contoh Ada intanku samodeng Kusangisi kotak mesir Ya timal umak rampek ban ada intanku sebutir Kusimpan dalam kotak mesir Penantang ombak penghempas papan Nyawa lalo bilen tubu Rendup nangis ling poto ban Masi po asi dunia jiwa /roh meninggalkan jasad Merintih dan bersedih di ujung papan Karena masih mendambahkan kehidupan duniawi Pamuji tentu ko Nenek Nosi bau tu kabaeng Ada pang tu bajele pujian hanya untuk Allah Tidak bisa untuk dimilki Ada tempat kita bersandar Sai sate nyaman mate Laga mo rembet sembahyang Lema nyaman nyawa lalo siapa yang ingin bahagia Rajin-rajinlah dirikan shalat Niscaya jiwa akan tenang meninggalkan raga Muhammad rasul pilihan Utusan saluruh alam Bawa rahmat kalis repan Muhammad rasul pilhan Utusan seluruh alam Membawa rahmat dari Allah. Sopo lawang katu sonap Leng dunia pang katelas Pang akherat tu baremin kita datang lewat pintu yang satu Di dunia tempat kita hidup Di akherat tempat berkumpul Ramadhan Bulan PuasaTu Boat genap SabulanWajib Lako Tu Bariman Bua Tu Boat PuasaParenta NENE’ Ko UlinNo Balong Lamin Tu Balin Sai Lale Ko ParentaSiong Si Ulin BarimanNa Arap Datang Syafa’at Lagi Dadi Tau TaqwaMin No Sampurna IbadatRapang Tu Mangan No Nginim C. Hakekat Sastra Lisan Sasak Lelakaq Lelakaq dalam bahasa Sasak, sama artinya dengan pantun. Orang Minangkabau menyebut pantun, orang Sumbawa tau Samawa menyebutnya lawas, dan orang dari daerah lainnya entah menyebutnya lain lagi. Lelakaq banyak macamnya, tergantung dari kegunaannya. Jika dipakai balawas namanya lelawas, sementara jika dipakai pada nembang namanya tembang. H. Lalu Muhammad Azhar, 1996 23. D. Jenis Lelakaq Sasak berikut jenis lelakaq sasak 1 Lelakaq Nasehat. 2 Lelakaq Bebajangan muda-mudi. 3 Lelakaq betimbalan lelakaq berkait. 4 Lelakaq Sembilinan perpisahan. 5 Lelakaq Jenaka. H. Lalu Muhammad Azhar, 1996 23. Berikut beberapa contoh lelakaq 1 Kebango enjeq-enjeq Teloq tapong bentel-entel Mun pano eraq lemaq Tain meong mun paran tekel Baris pertama dan kedua adalah sampiran, sedangkan baris ketiga dan keempat adalah isi. v Mun pano eraq lemaq jika Anda turun ke desa esok lusa Tain meong mun paran tekel kotoran kucing dikira jajan tekel. 2 Embe jalan tipaq Rembiga Sayang-sayang ojok baret Ngumbe entan ngitaq sida Kasih sayang endaqna pegat Mana jalan ke tempat Rembiga Sayang-sayang ke barat Bagaimana cara melihat engkau Kasih sayang tidak pernah putus 3 Minaq jejukung kayuq bae Mun palembah kayuq dao Silaq tulung siq sida bae Adeq ta molah leto ngayo Membuat perahu cukup dengan kayu saja Biarpun menggunakan palembah kayu dao Silakan membantu antar sesama saja Biar kita bisa main-main ke sana 4 Mula kesuruh perang Praya Jangka lauq dateng Pujut Sorong serah aji kerama Pusaka laeq masih teturut 5 Jangka timuq perang Pringgabaya Jangka daya dateng Sokong Bayan Adeqda mauq pada memeta Suka begawean polos bekelampan 6 Bukal anteq-anteq Kedebong bawaq alang Mun suka Raden Pateq Tanggep gong gorok lepang. H. Lalu Muhammad Azhari, 1996 23 – 25. v Lelakaq umumnya berpola ab-ab. v Fungsi lelakaq adalah ; a sebagai hiburan dikala hati dibalut duka dan sedih, b sebagai sindiran dan kritikan, c sebagai alat kontrol sosial, d sebagai media untuk menarik perhatian sang kekasih.[10] v Tujuan lelakaq ; a untuk memberikan pandangan kepada masyarakat bahwa dalam lelakaq ada nilai, cara berfikir etnis Sasak yang harus dapat dipetik oleh masyarakatnya, b dengan hadirnya lelakaq dapat menonjolkan identitas bahasa Sasak sekaligus sebagai alat untuk menjaga bahasa Sasak dari kepudaran.[11] E. Kategori yang Dibandingkan antara lawas Samawa dengan lelakaq Sasak a. Lawas Samawa tidak memiliki pola tertentu[12]. Sementara lelakaq umumnya berpola ab-ab. b. Lawas Samawa terdiri atas tiga jenis, berdasarkan kelompok umur, yaitu ; 1 Lawas anak-anak, 2 lawas muda-mudi Taruna-dadara, 3 lawas orang tua/tau loka orang tua. Sedangkan lelakaq Sasak terdiri atas lima jenis, yaitu 1 lelakaq nasehat, 2 lelakaq bebajangan muda-mudi, 3 lelakaq sembilinan perpisahan, 4 lelakaq betimbalan lelakaq berkait, dan 5 lelakaq jenaka. c. Lawas terdiri atas 3 baris setiap bait ; baris pertama dan kedua adalah berisi sampiran, sedangkan baris ketiga adalah isi/makna. Sementara lelakaq sasak terdiri atas 4 baris setiap bait ; baris pertama dan kedua berisi sampiran, sedangkan baris ketiga dan keempat adalah isi/makna. d. Dalam melantunkan lawas harus menggunakan lagu/intonasi, untuk mendramatisasi keindahan bunyi bahasanya. Begitu juga pada lelakaq dalam melantunkan bisa dengan cara lelawas balawas dan ditembangkan. e. Diksi pada lawas cenderung menggunakan bahasa kalam/halus Samawa, sebagai citraan identitas etnis Samawa. Sedangkan diksi pada lelakaq cenderung menggunakan bahasa sehari-hari, dan terkadang juga disimulasikan dalam bahasa kalam Sasak. f. Pencipta cenderung menggunakan/menghadirkan suasana bahasa lawas dalam bentuk konotasi dalam mengapresiasikan hasil karyanya, dan ada juga yang menggunakan kata-kata denotasi. Sedangkan lelakaq terkadang juga menggunakan bahasa konotasi dan denotasi. g. Lawas Samawa difungsikan untuk mengekspresikan batin manusia yang diliputi oleh rasa haru, sendu gunda-gulana, mungkin disebabkan oleh musiba atau datangnya marabahaya yang mengancam hidupnya, maka untuk menanggulangi/menghibur dicurahkan perasaannya dalam bentuk kata-kata. Ucapan-ucapan itu tampak menjadi sebuah kekuatan dalam upacara untuk mengusir unsur-unsur yang menimbulkan rasa marabahaya.[13] Lawas juga difungsikan untuk mengungkapan perasaan hati yang artistik dalam bentuk cinta, sedih, kritik, nasehat, dan sebagainya.[14] lawas berperan sebagai alat perekam peristiwa, juga merupakan media komunikasi dengan manusia lainnya. Sedangkan lelakaq difungsikan; a sebagai hiburan dikala hati dibalut duka dan sedih, b sebagai sindiran dan kritikan, c sebagai alat kontrol sosial, d sebagai media untuk menarik perhatian sang kekasih.[15] h. Tujuan penciptaan lawas adalah untuk memberikan pandangan/cerminan kepada masyarakat Samawa, bahwa dalam lawas terdapat nilai nasehat, pandangan hidup, kepercayaan, cara berfikir, dan nilai budaya etnis Samawa yang patut diteladani oleh masyarakatnya baik dalam hubungannya dimasa lalu, masa sekarang, maupun untuk masa yang akan datang. Sedangkan tujuan penciptaan lelakaq adalah a untuk memberikan pandangan kepada masyarakat bahwa dalam lelakaq ada nilai, cara berfikir etnis Sasak yang harus dapat dipetik oleh masyarakatnya, b dengan hadirnya lelakaq dapat menonjolkan identitas bahasa Sasak sekaligus sebagai alat untuk menjaga bahasa Sasak dari kepudaran.[16] LAMPIRAN TEKNIK MEMPEROLEH DATA TEKNIK INTERVIEW BERIKUT INFORMAN YANG DIJADIKAN SUMBER A Wawancara dengan Dinullah Rayes, 19 Oktober 2006. Dalam Sastra Lisan Lawas Etnis Samawa dan Muatan Nilai Keagamaannya, Oleh Muhammad Saleh. B Wawancara dengan Maswarang, 31 Oktober 2006. Dalam Sastra Lisan Lawas Etnis Samawa dan Muatan Nilai Keagamaannya, Oleh Muhammad Saleh. C Wawancara dengan Mustakim Biawan, 3 November 2006. Dalam Sastra Lisan Lawas Etnis Samawa dan Muatan Nilai Keagamaannya, Oleh Muhammad Saleh. D Interview dengan Bapak Azhari, 20 Mei 2009. DAFTAR PUSTAKA Lalu Manca. 1984. Sumbawa Pada Masa Lalu ; Suatu Tinjauan Sejarah. Surabaya Rinta. Sumarsono et. Al. 1985. Kamus Sumbawa-Indonesia. Jakarta Pusat Pembinaan dan Penelitian Bahasa. Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarata Balai Pustaka. Azhar, H. Lalu Muhammad. 1996. Reramputan Pelajaran Bahasa Sasak Untuk Kelas 4 Sekolah Dasar. Klaten Utara PT Intan Pariwara. Azhar, H. Lalu Muhammad. 1996. Reramputan Pelajaran Bahasa Sasak Untuk Kelas 5 Sekolah Dasar. Klaten Utara PT Intan Pariwara. Goverment Tourism Service of Sumbawa. Regional Art of The Principal Tourism Object of Sumbawa. Sumbawa. [1] Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarata Balai Pustaka, 1989 504. [2] Goverment Tourism Service of Sumbawa, the Regional Art of The Principal Tourism Object of Sumbawa Sumbawa tp., 1997 12. [3] Sumarsono et. al, Kamus Sumbawa-Indonesia Jakarta, Pusat Pembinaan dan Penelitian Bahasa, 1985 75. [4] Wawancara dengan Dinullah Rayes, 19 Oktober 2006. [5] Wawancara dengan Maswarang, 31 Oktober 2006. [6] Wawancara dengan Mustakim Biawan, 3 November 2006. [7] Wawancara dengan Dinullah Rayes, 19 Okrober 2006. [8] Wawancara dengan Maswarang, 31 Oktober 2006. [9] Lalu Manca, Sumbawa Pada Masa Lalu ; Suatu Tinjauan Sejarah Surabaya, Rinta, 1984, cet. I. 40. [10] Interview dengan Bapak Azhari, 20 Mei 2009. [11] Interview dengan Bapak Azhari, 20 Mei 2009. [12] Tidak tentu polanya apakah bersajak aa-b,a-bb, a-a-a, dsbnya tergantung keinginan para pencipta lawas. Kalau memang ingin menonjolkan keindahan bunyi bahasa, terkadang menggunakan bahasa yang bernada sama di ujung baris setiap bait, sehingga dapat juga berpola a-a-a. [13] Wawancara dengan Dinullah Rayes, 19 Oktober 2006. [14] Wawancara dengan Maswarang, 31 Oktober 2006. [15] Interview dengan Bapak Azhari, 20 Mei 2009. [16] Interview dengan Bapak Azhari, 20 Mei 2009.
0% found this document useful 0 votes3K views21 pagesCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOC, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes3K views21 pagesLawas, Sakeco Dan Tuter SamawaJump to Page You are on page 1of 21 You're Reading a Free Preview Pages 6 to 15 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Page 19 is not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
lawas sumbawa tentang nasehat